Perbedaan A/B Testing dan Split Test

Perbedaan A/B Testing dan Split Test

Marketing campaign bisa dikatakan berhasil jika sudah mencapai tujuan yang diinginkan, seperti meningkatkan konversi penjualan atau sekedar mengenalkan produk. Dalam melakukan campaign tersebut, tentu saja harus dilakukan test terlebih dahulu, mana nantinya yang lebih efektif untuk mencapai tujuan anda. Untuk itu, anda memerlukan sebuah test sebelum memastikan bahwa strategi yang digunakan merupakan cara yang terbaik. Untuk melakukan percobaan tersebut, ada dua jenis yang bisa anda lakukan, yaitu A/B testing dan Split Test. Apa itu? Kami akan membagikan informasi mengenai kedua hal tersebut beserta perbedaannya.

Apa itu A/B Testing?

Penjelasan A/B testing bisa dikatakan seperti ini, pengujian yang dilakukan dari dua sampel yang memiliki perbedaan sangat kecil. Perbedaan ini biasanya hanya berupa warna tombol atau judul. Jadi sekilas akan terlihat sama, dan mungkin bagi sebagian orang tidak penting. Padahal hal tersebut dapat mempengaruhi pengunjung untuk melakukan action.

Apakah perlu meniru desain lain, baik itu perusahaan besar atau situs terkenal agar terlihat bonafide seperti mereka? Tentu saja tidak bisa, hal ini dikarenakan konsumsi dan selera dari setiap pengunjung pasti berbeda. Bisa dikatakan website X telah berhasil menggunakan marketing campaign jenis Z, namun belum tentu berhasil jika diaplikasikan pada website Y. Untuk itu, anda perlu melakukan pengujian sendiri dengan A/B testing atau Split test.

Sebagai contoh, ada dua desain dari sebuah marketing campaign, yang satu memiliki tombol “Beli Sekarang” berwarna hijau dan satunya lagi dengan warna biru. Lakukan pengujian dari keduanya dalam waktu yang bersamaan, lihat mana yang lebih efektif untuk meningkatkan konversi. Setelah itu, anda bisa menggunakannya secara permanent pada marketing campaign yang dilakukan. Contoh lain anda bisa menggunakan perbedaan pada jenis font dan gaya penulisan yang digunakan.

Apa Itu Split Test?

Setelah kita mengetahui apa itu A/B testing, saatnya untuk menjelaskan jenis pengujian yang kedua, yaitu split test. Sama halnya dengan yang diatas, untuk melakukan pengujian ini, anda harus membuat dua jenis campaign yang berbeda. Namun kali ini perbedaannya sedikit mencolok, pada umumnya perbedaan terdapat pada tata letak yang digunakan atau ukuran gambarnya.

Contohnya adalah, anda mempunyai dua produk, yang satu dipromosikan dengan email, dan satunya lagi dipromosikan dengan provider sms masking, mana yang hasilnya paling baik. Contoh lain anda bisa menggunakan gambar yang berbeda pada dua desain tersebut namun tetap pada satu teman yang sama. Silahkan anda test dari kedua tersebut, mana yang lebih diperhatikan pengunjung dan membuat mereka melakukan action.

Perbedaan A/B Test dan Split Test

 Dari kedua pengertian diatas, maka dapat kita ambil kesimpulan mengenai perbedaannya. Yaitu, A/B test hanya melakukan perubahan kecil, sedangkan split test lebih signifikan dalam perubahannya. Namun keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk meningkatkan konversi.

Jika ada pertanyaan mana yang lebih efektif dari keduanya? Jawabannya tergantung dari perubahan apa yang akan anda lakukan. Misalkan anda hanya merubah jenis font saja maka lebih baik gunakan A/B testing. Sebaliknya, jika perubahan yang dilakukan seputar komposisi dan desain, sebaiknya gunakan Split test.

Kapan harus berhenti melakukan pengujian? Permasalahannya bukan sampai kapan, tapi berapa banyak sampling yang anda gunakan. Jika menurut anda sudah cukup dengan sampling dengan jumlah tertentu, maka anda bisa berhenti dan mengambil hasil yang terbaik dari pengujian tersebut. Yang perlu diperhatikan adalah, ketika melakukan pengujian dalam satu waktu, gunakan 2 atau 3 varian saja.

Related posts